SPEEDNEWS.ID, INHU - Polda Riau melaksanakan konferensi pers terkait hasil autopsi dugaan kekerasan terhadap anak dibawah umur di Kabupaten Inhu dipimpin Dir Reskrimum Polda Riau Kombes Pol Asep Darmawan SH SIK didampingi Plh Kabid Humas Polda Riau AKBP Vera Taurensa SS MH, Kapolres Inhu AKBP Fahrian Saleh Siregar SIK MSi, Kasubbid Dokpol Biddokkes Polda Riau AKBP Supriyanto AMK SKM MH, Kasat Reskrim Polres Inhu AKP Arthur Joshua Toreh STrK SIK MA, serta Dokter Spesialis Forensik Dr dr Mohammad Tegar Indrayana Sp FM yang digelar di Gedung Media Center Polda Riau, Rabu (4/6).
Direktur Reskrimum Polda Riau Kombes Pol Asep Darmawan mengungkap, bahwa korban diduga mengalami penganiayaan lima anak laki-laki lainnya yang juga masih dibawah umur.
Sementara itu, Kapolres Inhu AKBP Fahrian Saleh Siregar memaparkan, penyidikan peristiwa ini dimulai setelah pihak berwenang menerima laporan bahwa seorang anak laki-laki (8 tahun) telah meninggal dunia.
Menurut keterangan dari kedua orang tua korban, sebelum meninggal, korban sempat mengeluh sakit dan sempat dibawa berobat ke tukang urut dan kemudian ke klinik setempat. Namun, kondisinya memburuk hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
"Sejauh ini kepolisian telah memeriksa sedikitnya 22 saksi, termasuk kedua orang tua korban, dua tukang urut, dua dokter, lima teman sekolah korban, kepala sekolah dan sejumlah pihak lainnya. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk menyusun rangkaian peristiwa yang menyebabkan kematian korban," jelas Fahrian.
Autopsi tim forensik Polda Riau dipimpin oleh AKBP Supriyanto AMK SKM MH bersama Dokter Spesialis Forensik Dr dr Mohammad Tegar Indrayana Sp FM dilaksanakan di RSUD Indra Sari Rengat. Proses otopsi dilakukan secara menyeluruh dan berdasarkan fakta-fakta medis serta temuan pendukung lainnya.
Tim Forensik Polda Riau AKBP Supriyanto menjelaskan, pihaknya menemukan adanya kebocoran pada appendiks yang menyebabkan peradangan luas di rongga perut (infeksi peritonitis), yang akhirnya memicu kegagalan sistemik dan mengakibatkan kematian.
“Penyebab kematian adalah infeksi sistemik berat akibat pecahnya usus buntu yang menyebabkan infeksi meluas di rongga perut,” jelas Supriyanto.
Polda Riau masih mendalami apakah luka-luka luar yang ditemukan memiliki kaitan dengan dugaan kekerasan atau insiden lain yang turut memperparah kondisi korban.
“Memang ada beberapa memar kami temukan. Namun, sejauh ini belum ditemukan penyebab pecahnya usus buntu akibat memar,” ujar Supriyanto. (stone)
0 Komentar